pasar bunga di akhir pekan


sebuah pasar yang bernama Pasar Bandungan. Pada intinya, pasar ini pun tak lebih dari sebuah pasar tradisional, yang seperti jenis pasar yang sama di mana pun, masih lekat kesan sumpek dan semrawut.
Namun begitu, ada pesona lain yang menempel di Pasar Bandungan sehingga memiliki nilai lebih dari sekadar sebuah pasar tradisional. Kelebihan itu terletak pada komoditas yang diperdagangkan di pasar tersebut.
Sebagian besar dagangan yang dijajakan adalah buah-buahan. Mayoritas kios dan los yang ada di Pasar Bandungan disesaki berbagai jenis buah, khususnya alpukat. Di samping itu juga berbagai buah musiman semacam kelengkeng, salak, durian, nangka dan lainnya.
Akan tetapi, uniknya, Pasar Bandungan juga tak bisa disebut sebagai pasar buah semata, karena di sana juga diperdagangkan berbagai makanan dan jajanan khas daerah pegunungan seperti jagung rebus, wedang ronde, serta berbagai makanan tradisional lainnya.
Keunikan lain yang bisa dinikmati sebagai bagian dari pesona Pasar Bandungan adalah fungsinya sebagai pasar eceran dan grosir sekaligus. Sebagai pasar eceran Bandungan menawarkan segala barang belanjaan. Tapi sebagai tempat grosir, Pasar Bandungan dikenal sebagai tempat kulakan alpukat yang cukup memikat.
”Para pedagang di sini memang punya dua pelanggan. Hari Senin sampai Sabtu kami melayani para pembeli partai besar, sedangkan hari Minggu dan liburan khusus untuk para wisatawan yang biasanya hanya membeli secara eceran,” ujar Ibu Ami (58), seorang pedagang yang menempati los tengah pasar tersebut, kepada SH beberapa hari lalu.
Untuk melayani dua macam pelanggan itu, Ibu Ami pun menyediakan dua kelompok dagangan yang ditujukan untuk kedua pelanggannya itu. Pada hari-hari biasa stok buah alpukatnya melimpah ruah sebab banyak pembeli partai besar yang akan dilayaninya. Pada hari libur dan Minggu, stok yang diperbanyak meliputi berbagai jenis barang dagangan yang lain seperti sayuran, makanan, dan sebagainya.
Konsekuensi dari dua macam pelanggan yang dilayani itu adalah adanya perbedaan harga. Untuk hari biasa atau dikenal sebagai ”harga bakul” sekilo alpukat dijualnya Rp 2.000. Tapi buah yang sama dengan kualitas yang sama pula dijual seharga Rp 4.000 per kilo pada hari libur dan Minggu.
”Hari Minggu saya juga menambah barang lainnya tiga kali lipat. Makanan tradisional seperti jadah dan wajik seperti ini bisa laku 150 sampai 200 potong dengan harga Rp 5.000 per potong. Kalau hari Minggu yang beli alpukat malah sedikit,” katanya lagi.
Banyaknya barang terjual pada hari Minggu jauh di atas hari-hari biasa. Menurut Ibu Ami, apapun barangnya kalau dijual pada hari Minggu dan libur akan laku. Lain dengan hari biasa yang hanya melayani para pengulak alpukat.
Karena itu, kata Ibu Ami, para pedagang di Pasar Bandungan lebih sering berharap datangnya akhir pekan atau saat liburan. Pada hari itu keuntungan melimpah akan mudah didapatkan.
Apa yang dikatakan Ibu Ami dibenarkan Wati (30), seorang pengelola toko berbagai jenis minuman segar seperti juice dan es. Dikatakan, dia selalu membeli alpukat di Bandungan pada hari biasa. Menurutnya, suatu kali karena kehabisan stok, dia terpaksa berbelanja ke Bandungan pada hari Minggu.
”Saya terpaksa membelinya dengan harga yang lebih tinggi daripada harga pada hari biasa,” katanya.
Meskipun lebih banyak melayani para pedagang besar, Haji Nur (47) juga menerapkan ”pola jualan” seperti Ibu Ami. Untuk hari-hari biasa, dia banyak melayani pelanggannya di luar kota dengan cara mengirimkan alpukatnya ke tempat para pelanggannya berada. Setidaknya dalam sepekan, yakni hari Senin dan Kamis, dia mengirimkan alpukat ke beberapa supermarket di Jakarta.
”Banyaknya ya tergantung tersedianya barang, tapi biasanya sekitar 1 ton sekali kirim untuk beberapa supermarket di Jakarta,” katanya.

0 Comments:

Post a Comment



bandungan semarang


 

Blogger Templates. Sponsored by SEO Expert