Musim Bunga di Bandungan


Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dari daerah dingin di lereng Gunung Ungaran ini terlihat nun di bawah danau luas bernama Rawapening, serta jajaran gunung yang mengitari wilayah itu seperti Gunung Merbabu, Merapi, Gajahmungkur, dan di kejauhan lagi Sindoro-Sumbing.
Bandungan nyaris memiliki segalanya, kecuali satu: strategi pengembangan pariwisata secara menyeluruh, termasuk penciptaan narasi, mengingat dalam narasi itulah candi di puncak mahameru bisa menjadi kahyangan.
Apa yang tidak ada di Bandungan? Subuh sampai pagi hari sekitar pukul 08.00, pasar bunga di situ disemarakkan aroma gladiol, aster, dahlia, sedap malam, serta krisan yang tengah menjadi ”primadona”. Siang hari, datang pedagang sayur-mayur dengan kol, sawi, berbagai buah-buahan dan umbi-umbian (meski untuk buah, entah mengapa kalau tadinya daerah ini terkenal dengan kelengkengnya, kini yang dijual malah lengkeng bangkok).
Sekitar lima kilometer dari pasar Bandungan yang menjadi pusat keramaian daerah itu, naik ke lereng Gunung Ungaran, terdapat kompleks Candi Gedongsongo. Candi-candi peninggalan zaman Hindu yang dibangun mengikuti kontur lereng gunung ini memberi inspirasi bukan saja soal hubungan manusia dengan Yang di Atas, tetapi juga problem ruang seperti banyak dibicarakan dalam disiplin-disiplin ilmu mutakhir.
Di bawah Bandungan berjarak sekitar tujuh kilometer adalah Ambarawa, kota peninggalan kolonial Belanda dengan stasiun kereta api tua, dengan koleksi lokomotif yang dibuat pada awal tahun 1900-an. Kereta uap dari stasiun ini masih bisa digunakan para turis sampai saat ini, melintas dari Ambarawa sampai daerah Jambu yang permai. Ditarik ke radius lebih luas, daerah ini juga masih memiliki kebun kopi peninggalan zaman kolonial, dengan bunga putih-putih seperti melati ketika musim kopi berbunga.
Pada masanya, taruhlah sekitar 25-30 tahun lalu, Bandungan adalah kawasan wisata terkenal, khususnya bagi penduduk Jawa Tengah.
”Dulu, kalau Lebaran, orang tumplek blek di sini,” kata H Abdulloh Purwidodo (54), pemilik Hotel Kediri di Bandungan, yang sekaligus adalah Ketua Badan Pengurus Cabang PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) setempat.
Ia bercerita, dulu Bandungan menjadi tempat wisata karena keberadaan taman wisata yang dibangun Belanda. Di taman seluas empat hektar milik (waktu itu) Djawatan Kereta Api ini terdapat wisma berikut taman yang elegan, tempat bermain anak-anak, dan lain-lain. ”Sampai tahun 1970-an, orang masih bisa menikmati itu semua,” tutur dia.

0 Comments:

Post a Comment



bandungan semarang


 

Blogger Templates. Sponsored by SEO Expert